Pendidikan Masa Depan Dunia

Tunas Bangsa yang Menerangi Dunia

Jumat, 29 Agustus 2014

Mengapa Anak yang Pintar di Sekolah Bisa Alami Kesulitan Ekonomi?


Mengapa Anak yang Pintar di Sekolah Bisa Alami Kesulitan Ekonomi?
- Mengatasi Generasi (yang bakal) Gagal
Berikut adalah ulasan Prof. Rhenald Kasali tentang pendidikan di Indonesia dan dampak kedepan dari anak-anak kita yang tercinta. ada kesalahan proses yang berbahaya jika tidak diperhatikan dan diatasi saat ini.

Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas. Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya. Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan dosen-dosennya. "Karena mereka tak sepintar aku," ujarnya.
foto ilustrasi
Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.
Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.
Hadiah orangtua
Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan".
Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan "membuka pintu", jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.
Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.
Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka. Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.
Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: "Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?"
Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.
Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal". Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".
Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya. Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.

  • Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.
Panggung orang dewasa
Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif. Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.
Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui. Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.
Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya. Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.
Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.
Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.
Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.
Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan. Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21: bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.
Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan. Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja: orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu. Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan
Semoga bermanfaat
e book gratis dan artikel serupa
info: 
www.pendidikankarakter.com


Kamis, 09 Januari 2014

"Tahukah Kalian Bahwa Pohon juga Minum Seperti Manusia?"

Ketika melihat Udin minum menggunaka sedotan, Beni bertanya, "Tahukah kalian bahwa pohon juga minum seperti manusia?" pada saat bersamaan guru masuk ke kelas dan berkata, "Betul. Sebagaimana halnya manusia, pohon juga perlu minum.  inilah kutipan tulisan yang diambil dari buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 untuk SD/MI Kelas IV Peduli Terhadap Makhluk Hidup/Kemendikbud.

Nah kali ini anak-anak Bimbel Mania (red:Matahari Dunia) melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa pohon juga minum seperti manusia. Pohon juga makhluk hidup yang membutuhkan air untuk kehidupan.
sedang melakukan percobaan

Untuk membuktikannya maka tidak membuang waktu lagi anak-anak langsung melihat petunjuk seperti yang tertera pada buku materi ajar berikut ini.

Batang Sebagai Penyalur Air dan MineralTujuan: Kamu dapat membuktian bahwa batang berfungsi menyalurkan air ke seluruh tubuh tumbuhan.


Alat dan Bahan
  1. Tiga batang tanaman seledri muda atau tanaman pacar air
  2. Tiga buah gelas bening
  3. Air bening
  4. Tiga jenis pewarna (merah, kuning, dan biru)
Langkah Kerja
Lakukan secara berkelompok
  1. Isilah ketiga gelas yang telah kamu siapkan dengan air bening setinggi 2 cm.
  2. Masukkan 3 pewarna secukupnya pada setiap gelas yang berisi air tadi sehingga didapat 3 gelas air yang berwarna merah, kuning, dan biru.
Masukkan tanaman yang telah dipotong bagian akarnya kedalam gelas yang berisi air berwarna tadi.
Biarkan selama 30 menit dan lihat apa yang terjadi.
Azka, Robby, Ibas

Pada belajar kali ini anak-anak sangat bersemangat melakukan percobaan. Tujuan percobaan ini juga untuk menumbuhkan kesadaran untuk peduli terhadap makhluk hidup. Tumbuhan juga termasuk makhluk hidup. lingkungan rumah yang hijau akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan hewan. Hal ini disebabkan hewan dan manusia menghirup oksigen yang dikeluarkan oleh tumbuhan setiap hari.

Selasa, 10 Desember 2013

Membuat Bingkai Photo dari Barang Bekas

Jambi- Kali ini anak Bimbel mania mencoba membuat bingkai photo dari barang bekas.
Salah satu cara untuk melakukan penghematan energi adalah memanfaatkan kembali barang-barang bekas. Ayo kita manfaatkan bersama barang-barang bekas.

Sekarang kamu akan berkreasi dengan barang-barang bekas. Hal itu digunakan untuk memanfaatkan barang bekas atau yang sudah tidak terpakai sehingga mempunyai nilai jual lebih tinggi. Kamu dapat membuat pigura foto dari kardus, lampion dari botol plastik bekas, bunga dari sedotan, atau hiasan dari kain perca! Banyak sekali idenya, bukan? 

Cobalah membuat bingkai foto dengan mengikuti langkah–langkah berikut!
Prosedur pembuatan bingkai foto.
Bahan: Kardus bekas
Peralatan : 
1. Gunting 
2. Penggaris 
3. Pensil 
4. Lem 
5. Plastik mika
6. Kertas kado bekas atau kertas lain sesuai selera
Azka memperlihatkan bingkai photo hasil karyanya
Cara membuat:
1. Buatlah pola bingkai foto sesuai dengan ukuran foto yang diinginkan.
2. Gunting kardus sesuai pola yang telah dibuat.
3. Lapisi kardus dengan kertas kado dan gunakan lem untuk menempelkannya. 
4. Pasang plastik mika sesuai ukuran pola bingkai foto.
5. Gabungkan kedua lembar kardus bagian depan dan bagian belakang dengan lem.
6. Pasangkan penyangga foto di bagian belakang bingkai.

Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Tema 2 "Selalu Berhemat Energi" Kemendikbud.

Selasa, 26 November 2013

Belajar Bernyayi

Jambi- Belajar bernyanyi yang diperankan oleh Rini salah satu anak Bimbel Generasi Gemilang (Group Bimbel Mania).


Inilah langkah awal dalam menyalurkan hobynya. Sehingga kedepan segala kreativitasnya dapat tersalurkan lagi. (ra)

Membuat Poster "Hemat Energi"

Jambi-  Kali ini anak-anak bimbel Mania tingkat kelas 4 mencoba membuat poster dengan tema "Hemat Energi".

Hemat Energi Hemat Biaya karya Sebastian Muhtadi


Hemat Air Karya Azka

Hemat BBM karya Robby
Itulah langkah awal karya yang diperlihatkan anak Bimbel Mania, kita yakin kedepan lebih baik lagi menuju kesempurnaan. (ra)

Kamis, 05 September 2013

Kunjungan BPPSBR GAFATAR Pusat ke Bimbel Matahari Dunia Jambi

Jambi, Minggu - Sebagai bentuk pengawalan DPP GAFATAR terhadap program yang berjalan di daerah terutama DPD Jambi, GAFATAR pusat melakukan kunjungan kerja ke GAFATAR Jambi. Kunjungan ini dalam rangka memantau secara langsung perkembangan pelaksanaan program Sekolah Berbasis Rumah (SBR) yang menjadi program utama GAFATAR. Untuk melaksanaan program SBR ini GAFATAR membentuk Badan pengelola program SBR (BPPSBR).
Foto bersama anak usia 3-7 tahun dan fasilitator bimbel Matahari Dunia


Bung Syarif Hidayatullah adalah Staff BPPSBR DPP yang diutus ke BPPSBR DPD Jambi. Bung Syarif tiba di bandara Sulthan thaha Jambi pada hari sabtu (31/8) sekitar jam 06.45 WIB. ketika tiba dibandara langsung disambut oleh Ka.BPPSBR DPD Jambi dan Bendahara DPD. selanjutnya langsung menuju lokasi Bimbel (sekaligus rumah bidikpora) dengan menggunakan sepeda motor bersama Ka. BPPSBR DPD yang jaraknya sekitar 1 KM dari bandara.



Dalam agenda kunjungan ini ada beberapa acara yang akan dilaksanakan, pada hari pertama adalah sosialisasi Filosofi SBR dengan judul Dasar-dasar Filosofi Pendidikan Menurut Ajaran Tuhan yang Maha Esa Kepada seluruh peserta yang hadir. Pada materi ini dijelaskan  Pendidikan adalah satu proses pembentukan, penjadian, pengolahan, pengembangan potensi-potensi manusia menuju tujuan ideal menurut konsep Tuhan sebagai “Sang Pencipta”. Selanjutkan sosialisasi Program sekolah berbasis Rumah, disini dijelaskan Tujuan dari pendidikan.

Pada hari kedua (1/9) kegiatannya adalah melihat kegiatan proses kegiatan belajar  pada pos bimbel Matahari Dunia. Disini juga terjadi bincang-bincang bersama koordinator menyangkut dengan administrasi seperti buku induk, absen kehadiran anak dan fasilitator serta yang paling penting form perkembangan anak. Begitu juga dengan kendala-kendala yang dihadapi koordinator.

Pada hari kedua ini bung Syarif juga mengunjungi pos Bimbel Generasi Gemilang di DPK tanjung Jabung Timur yang jaraknya sekitar 60KM dengan jarak tempuh selama 1,5 jam. Turut berangkat pada kunjungan ini Ka.DPD, Bidikpora dan Ka.BPPSBR DPD. Sampai disana pada pukul 12.00 telah ditunggui oleh pengurus, koordinator maupun orang tua anak SBR. Disini juga terjadi bincang-bincang  bersama koordinator menyangkut dengan administrasi seperti buku induk, absen kehadiran anak dan fasilitator serta yang paling penting form perkembangan anak. Begitu juga dengan kendala-kendala yang dihadapi koordinator.



Jumat, 23 Agustus 2013

Belajar Sains Bersama Alam Sekitar

Belajar itu tidak harus mahal dan sangat mudah dengan memanfaatkan alam sekitar maupun dari barang bekas. Seperti yang dilakukan anak-anak Bimbel Matahari Dunia bersama fasilitator Bung M. Djamaluddin Nur, ST pada hari jumat(23/8/2013). Sasaran kali ini adalah anak usia 3-7 tahun dengan bidang study Sains dengan materi ajarnya adalah "Berbagai Macam Manfaat Tanah". disini anak-anak juga diajak mengetahu benda-benda berasal dari tanah (tanah liat). Pesertanya diikuti oleh empat orang anak yaitu Noel, Ayen, Fabian dan Oliv.

Fasilitator sedang mempraktekan materi ajar
Metode belajar kali ini  menggunakan action learning (anak belajar melalui pengalaman). Anak tidak terpaku pada teori saja sehingga jika mengalaminya secara langsung, ia akan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Anak-anak sangat senang dan gembira belajar membentuk suatu barang dari tanah liat. Mungkin ini terkesan seperti main-main bagi anak-anak ya. Itulah belajar sambil bermain. Apalagi Fabian sangat suka main air. Lain lagi dengan Oliv yang suka main tanah dari pecahan batu bata ini. 

Anak-anak sedang mempraktekannya dengan serius
Bahan-bahan yang digunakan oleh Bung Jamal (panggilan Akrab M.Djamaluddin Nur, ST) adalah pecahan batu bata dan genteng dari tanah liat dan air. Batu bata dihancurkan menjadi debu tanah selanjutnya dicampur dengan air dan mecetaknya menjadi barang yang baru dengan menggunakan cetakan kue. Sehingga anak-anak dapat mengenal batu bata terbuat dari tanah liat, begitu juga dengan benda-benda lainnya yang ada disekitar rumah seperti kuali tanah, dan lain-lain. (rdn)